Rabu, 29 Agustus 2012

Tips Mencari Personil Band


     Kali ini saya akan coba memberikan sedikit tips untuk mencari personil band anda.
Jika anda tidak atau belum punya band, tidak ada salahnya juga baca "Tips Mencari Personil" ini.

     Dalam hal mencari orang untuk di ajak untuk membentuk band, jangan asal pilih saja. Carilah minimal yang setidaknya memenuhi kriteria di bawah ini.
  • Usahakan cari orang yang mengerti tempo. Banyak sekali orang yang dalam bermain musik tidak memainkan tempo dengan baik (biasanya terjadi pada orang yang belajar musik secara otodidak) yang akhirnya dapat mengacaukan lagu yang nantinya akan dibawakan dan akan lebih fatal lagi jika yang tidak mengerti tempo adalah seorang drummer.
  • Tidak usah mencari personil yang hebat, yang penting dia mau belajar (bukan berarti yang baru belajar).
  • Cari yang setarap dengan anda, karena orang yang sudah terlalu hebat (entah menurut dia sendiri atau orang lain) sering sok mengatur atau tidak mau diatur. Carilah yang lumayan, tapi nyaman untuk diajak diskusi. Idealnya, orang itu jago dan bisa menjadi guru di band bukan raja di band.
  • Mental Juara, tidak gampang putus asa atau tetap semangat walau band tidak pernah mendapat prestasi.Toh prestasi hanya pengakuan dari orang lain, yang terpenting adalah terus berkarya dan jadilah diri sendiri.
  •  Memiliki karakter, sehebat apapun dia kalo hanya bisa meniru style orang lain percuma saja, apalagi jika dia adalah vokalis.
  • Punya tanggung jawab terhadap band.
  • Dinamis, tahu dimana waktu untuk bercanda dan serius, untuk pacar dan band dan waktu untuk dirinya sendiri dan band.
  • Memberi kontibusi di band, baik secara material, pembuatan aransemen ataupun promo (jika berniat mengkomersilkan musik).
  • Tidak bermulut besar, jika salah satu personil band seperti ini, maka orang lebih mungkin akan meremehkan band anda. Kadang orang seperti itu berguna untuk hal promo, namun band yang low profile lebih memiliki nilai di mata orang lain (pengakuan dari orang lain lebih efisien dari pada memaksakan memuji band sendiri di hadapan orang lain).
  • Tidak memiliki banyak Hobby, orang yang mempunyai banyak hobby biasanya akan sulit fokus dan sulit membagi waktu. Biasanya juga tidak memiliki pendirian.
     Sekian point-point dari saya, jika anda punya pendapat pribadi silahkan share dengan cara mengisi kotak komentar yang sudah tersedia. salam \m/.

Dewa Budjana

     Dewa Budjana atau (I Dewa Gede Budjana; lahir di Sumba Barat, Nusa Tenggara Timur, 30 Agustus 1963) biasa dipanggil dengan Budjana adalah anggota grup musik Gigi.
     Ketertarikan dan bakat Dewa Budjana pada musik, khususnya gitar sudah sangat dominan, terlihat sejak ia masih duduk di bangku Sekolah Dasar di Klungkung Bali. Sampai-sampai, Budjana kecil pernah mencuri uang neneknya untuk sekedar memenuhi keinginannya membeli gitar pertamanya seharga 10.000 rupiah.
Sejak memiliki gitar pertama inilah yang membuat Budjana tidak lagi memiliki semangat untuk bersekolah, baginya gitar adalah nomor 1. Pada saat itu Budjana mempelajari sendiri teknik bermain gitar, dan dia mampu dengan cepat mahir mempelajari lagu Deddy Dores berjudul "Hilangnya Seorang Gadis" dan lagunya The Rollies berjudul "Setangkai Bunga", itupun disaat ia sama sekali belum tersentuh literatur-literatur musik(gitar) yang formal.

     Budjana menjadi lebih bergairah dalam hal bermusik terlihat ketika dia pindah ke Surabaya, Jawa Timur di mana ia mengambil kursus musik klasik dan bergabung dengan sebuah band yang banyak berpartisipasi dalam pertunjukan musik. Setelah lulus Sekolah Menengah Atas Budjana memutuskan hijrah ke Jakarta untuk mengejar mimpinya berkarir sebagai musisi profesional.
  
Surabaya ke Jakarta

     Pada tahun 1976 ketika menginjak usianya yang ke-13, nama Budjana mulai terdengar di dunia musik di Surabaya. Kemudian, pada tahun 1981 dia membeli sebuah gitar listrik ( Aria Pro II) dan mulai bermain musik dengan banyak orang yang berbeda. Perlahan-lahan gaya musiknya mulai berubah dari rock, pop ke jazz. Saat itu ia mulai terpengaruh oleh John McLaughlin dari Mahavishnu Orchestra, Chick Corea, Gentle Giant, Kansas, Tangerine Dream, American Garage, Pat Metheny dan Allan Holdsworth.

      Pada tahun 1980 Budjana mulai bergabung bersama Squirrel, band jazz pertama di sekolahnya di Surabaya. Squirrel sering ikut berpartisipasi dalam sejumlah acara musik nasional, termasuk Light Music Contest pada tahun 1984 di Teater Terbuka, Taman Ismail Marzuki, Jakarta. Meskipun banyak kontestan turut serta dalam ajang lomba tersebut namun Budjana sanggup mengungguli kompetisi tersebut dan terpilih menjadi pemain gitar terbaik. Satu tahun setelah itu, Budjana memutuskan untuk terbang ke Jakarta untuk mengembangkan karir musiknya. Perjalanan ini membawanya ke Jack Lesmana sebuah legenda jazz Indonesia, yang memperkenalkannya kepada musisi profesional lainnya. Dari beliau Budjana banyak mengenal dan mendapatkan pengetahuan mengenai filosofi-filosofi dalam bermain jazz, termasuk tentu saja bermain standard jazz dengan lebih baik.

(1985-1993): Setelah di Jakarta

      Meskipun Jack Lesmana memberikan Budjana banyak kesempatan dan peluang dalam karir bermusik di Indonesia namun Indralah yang pertama kali membujuknya untuk menjadi seorang session player. Setelah menjalani hidup di Jakarta Budjana akhirnya mulai beradaptasi dan banyak bergaul dengan musisi-musisi lokal yang baru ia kenal, bermain musik di kafe juga salah satu kegiatan rutinnya. Beruntung tidak berapa lama setelah itu Budjana mulai banyak mendapatkan tawaran untuk mengisi rekaman-rekaman kaset seperti pada album solo Indra Lesmana, Catatan si Boy II, Andre Hehanussa, Heidy Yunus, Memes, Chrisye, Mayangsari, Dewi Gita, Desy Ratnasari, Potret, Trakebah, Caesar (Deddy Dores), Nike Ardila dan lain-lain.

      Beberapa tahun kemudian Budjana bergabung dengan Spirit band dan sempat merilis dua album bersama grup musik tersebut, yang pertama berjudul "Spirit"dan yang ke dua berjudul "Mentari". Beberapa tahun setelah itu Budjana memutuskan untuk keluar dari Spirit band dan bergabung dengan Java Jazz (Indra Lesmana). Ia juga sempat bermain dengan banyak band seperti Jimmy Manopo Band, Erwin Gutawa Orkestra, Elfa's Big Band dan Twilite Orchestra.

      Di antara tahun 1989 - 1993 Budjana juga pernah membantu Indra Lesmana untuk mengajar di sekolah miliknya. Di sela-sela waktu mengajar itu kadang sering dipergunakan oleh Budjana untuk berlatih gitar secara trio atau jam session dengan siapapun di sekolah tersebut. Pada tahun 1993 Budjana bergabung dengan Indra Lesmana "Java Jazz" bersama Cendy Luntungan (drum) dan Jefrey Tahalele (bass akustik) dan sempat merilis satu album berjudul "Moon in Asia" atau "Bulan di Asia" dengan genre jazz yang agak progressive dicampur dengan sentuhan musik New Age. Bersama Java Jazz Budjana juga sering ikut berpartisipasi dalam banyak festival Jazz seperti North Sea Jazz Festival, World Jazz Convention di Den Haag, Belanda, Jak Jazz, Java Jazz festival dan banyak lagi

(1994-kini): Bersama Gigi

     Hingga saat ini Dewa Budjana masih bersama Gigi, band yang dibentuknya pada tahun 1994 bersama Baron (gitar), Thomas (bass), Armand Maulana (vokal) dan Ronald (drum). Sebelumnya pada tahun 1992 Budjana pernah menyampaikan keinginannya untuk membentuk grup musik dengan dua pemain gitar. Keinginannya tersebut baru terwujud dua tahun kemudian, yaitu pada tahun 1994. Dia membentuk band dengan formasi dua gitaris, berpasangan dengan Baron. Band itulah yang sekarang dikenal dengan nama GIGI. Awalnya perjalalanan Gigi terhitung cukup mulus, di albumnya yang ke dua yaitu "Dunia" Gigi sanggup mencentak penjualan yang cukup fantastis yaitu 400 ribu copy. Namun sayangnya setelah album tersebut Gigi harus rela kehilangan Baron. Kemudian setelah itu bongkar pasang personilpun tak terhindarkan lagi. Namun setelah hadirnya Hendy di album Next Chapter pada tahun 2006 Gigi terlihat mulai stabil kembali.

Gigi
     Bersamaan dengan Gigi di album yang ke enam, Budjana mencoba meneruskan cita-citanya yang dulu yaitu membuat album solo jazz. Sejak saat itu Budjana telah merilis sebanyak 4 album solo yang berjudul : Nusa Damai, Gitarku, Samsara dan Home. Home adalah sebuah album penghormatan kepada korban bencana tsunami yang terjadi pada bulan Desember tahun 2004. Di album "Samsara" , Budjana juga mulai melibatkan musisi luar seperti Peter Erskine (pemain drum dari grup musik Weather Report). Pada bulan Desember tahun 2007. Budjana menggelar konser solonya untuk yang pertama kali dengan tema "Gitarku, "Hidupku"; "Kekasihku". Ditemani antara lain oleh : Adi Darmawan (bass), Sandy Winarta (Drum), Irsa Destiwi (Keyboard), Jalu D. Pratidina (Kendang) dan Saat pada (suling). Kemudian pada tahun 2010 Budjana menggelar lagi konser tunggalnya untuk yang ke dua kalinya dengan dibantu musisi-musisi antara lain : Sandy Winarta (drum), Shadu Shah Chaidar (bass), Irsa Destiwi (piano), Dandy Lasahido (keyboards), Saat (suling) dan Jalu Pratidina pada (perkusi).

      Menurut pengamat musik Denny Sakrie gitar bagi Budjana adalah belahan jiwa bahkan gitar adalah refleksi sebuah harga diri atau kehormatan. Budjana dan gitarnya adalah sebuah senyawa yang tak terpisahkan. Ini diperlihatkan ketika menggelar konser tunggalnya di Gedung Kesenian Jakarta yang dibarengi peluncuran buku Gitarku, Hidupku, Kekasihku. Kekuatan utama Budjana terletak pada serpihan komposisi yang kuat dan selalu menyusupkan tema tertentu serta menyusupkan roh yang kuat pula dalam pola permainan gitarnya. Kekaguman dan luapan rasa cinta Budjana terhadap sosok wanita juga sangat terasa dalam beberapa komposisi karyanya. Pada saat itu Budjana menggunakan 8 gitar kesayangannya, termasuk gitar Parker Fly yang diberinya nama Saraswati.

Trisum - Budjana, Balawan dan Tohpati
 Trisum

      Trisum awalnya terbentuk pada tahun 2004 dimana Budjana, Tohpati dan Balawan tampil sepanggung dalam sebuah acara peluncuran produk. Setahun kemudian mereka bertiga tampil di pagelaran Java Jazz Festival dan ternyata mendapat sambutan yang sangat baik dari penonton. Mereka kembali tampil sepanggung dalam konser bertajuk Dialog Tiga Gitar di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki (TIM) pada akhir tahun 2005. Di konser inilah kiprah tiga gitaris handal ini semakin dikenal luas oleh publik, dimana selanjutnya mereka pun roadshow ke berbagai kota di Indonesia

Kehebatan Seorang Gitaris

Jimi Hendrix, dianggap sebagai gitaris terbaik di dunia
Gitaris dikatakan hebat bukan karena dia menguasai teknik-teknik hebat., tetapi karena dia mampu mengaplikasikan teknik-teknik hebat tersebut dalam sebuah karya musik yang indah.
 
Apa sesungguhnya yang menjadi tolak ukur kapasitas seorang gitaris?
Apakah karena dia mampu melakukan shredding dengan super cepat?
Atau karena dia bisa melakukan gabungan sweep arpeggio rumit dalam tempo 200bpm?
Atau karena dia hafal puluhan scale dan modes di seluruh fretboard?
Atau karena dia paham ratusan teori musik tingkat tinggi?

     Apa sejatinya yang membuat gitaris layak disebut sebagai gitaris hebat?
Seorang gitaris yang hebat adalah seorang musisi yang mementingkan musik, bukan seorang egois yang mementingkan teknik semata.
Seorang musisi yang hebat adalah seorang seniman yang paham substansi kesenimanan, bukan sekedar pekerja seni yang menempatkan seni semata dalam tataran pragmatis.
Esensi seniman adalah kehebatan karya. Karya tidak terbatas pada musik yang diciptakannya, namun juga kehidupan serta pemikirannya.
 

     Seorang gitaris wajib menguasai skill (keterampilan). Bagaimana mungkin dia akan disebut sebagai gitaris jika tidak memiliki keterampilan bermain gitar. Semakin tinggi tingkat keterampilan semakin bagus. Namun itu baru dasar untuk bisa menggelari dia dengan kata "gitaris". Belum dengan kata "hebat".

Herman Li, salah satu gitaris dengan kemampuan teknik yang tinggi
     Tataran berikutnya adalah bagaimana seseorang gitaris bisa mengaplikasikan keterampilannya tersebut kedalam karya. Persoalannya adalah bagaimana karya tersebut mampu menampilkan keterampilan-keterampilannya yang begitu banyak, tanpa menyebabkan sebuah kesenjangan antara nilai artistik karya musiknya dengan ego gitaris untuk menunjukkan keterampilannya.

     Karya sendiri bisa berujud Komposisi dan/atau Improvisasi. Komposisi adalah bagaimana gitaris mampu menciptakan karya secara terencana. Sementara Improvisasi adalah bagaimana gitaris mampu menciptakan karya secara spontan.

      Untuk mencapai sebuah karya yang bagus, gitaris membutuhkan beberapa elemen pendukung. Intuisi, Intelgensi, Sense of Pitch (kepekaan terhadap nada), Mood, serta Habbit.
Slash, gitaris yang sering menciptakan nada indah dalam karyanya
     Skill atau keterampilan adalah sekedar merupakan elemen Habbit (kebiasaan). Untuk mewujudkannya ke dalam sebuah karya membutuhkan Intuisi, Intelgensi, dan Sense of Pitch. Intuisi merupakan anugerah Tuhan yang diberikan kepada seorang gitaris untuk merasakan dan/atau menemukan nilai artistik. Tentu ini dibutuhkan dalam menciptakan sebuah karya hebat. Intelegensi merupakan bekal seorang gitaris dalam mewujudkan ide-ide yang keluar dari intuisinya. Sense of Pitch membantu keterampilan seorang gitaris dalam menyusun karya. Setelah karya jadi kemudian dimainkan dengan Mood atau emosi yang tepat, maka jadilah sebuah karya. Sebuah karya ini yang akan diukur tingkat kehebatannya. Tolok ukur kehebatan sebuah karya berasal dari objek maupun subjek, inilah yang memunculkan penilaian objektif dan subjektif.

     Akhirnya... gitaris bisa dikatakan sebagai gitaris hebat, handal, ampuh, atau berpuluh kata sanjung lain adalah ketika dia berhasil mengkombinasikan antara keterampilan serta estetika secara berimbang.

Jason Becker

Nama Lengkap : Jason Becker
Situs Resmi : JasonBecker.com
Band Sebelumnya : David Lee Roth dan Cacophony
Gitar : Hurricane dan Carvin.
Tempat/Tgl Lahir : 22 July
Pengaruh : W.A. Mozart, Marty Friedman, Eddie Van Halen, Bob Dylan, Andreas Segovia dan Niccolo Paganini.
Keahlian : Classical, Sweep Arpeggio, Japanese Scale, Blues, Whammy Bar, dll.
     Jason Becker adalah seorang anak ajaib yang mampu menguasai permainan gitar dengan sangat baik dalam waktu yang pendek (4 tahun) dan pada umur yang muda sekali: 16 tahun (1987). Jika Anda mendengar hasil karya besar Jason, Anda akan merasakan seolah-olah Mozart dan Bach hidup kembali dengan usia muda tersebut. Jason dapat dengan mudah menciptakan komposisi klasik yang sangat rumit (lebih rumit daripada karya Yngwie atau gitaris lainnya) dan memainkannya dengan sangat cepat dan bersih baik di electric guitar maupun gitar klasik (gitar bolong). Dari sekian banyak gitaris shredder, Jason Becker-lah yang terbaik dalam komposisi klasiknya.

      Sayang sekali Tuhan tidak mengizinkan Jason bermain gitar lebih lama lagi, Jason harus kehilangan seluruh kemampuannya pada usia 19 tahun (1990) berhubung terjangkit penyakit ALS (Amyotrophic Lateral Sclerosis atau Lou Gehrig) yang menyebabkan Jason lumpuh total. Organ tubuh Jason mati tahun demi tahun, sampai kini Jason hanya sanggup menggerakkan matanya. Padahal beberapa tahun sebelumnya Jason masih mampu mengerakkan jari kirinya dan menulis lagu melalui komputer dan menghasilkan album "Perspective".

      Rencananya Jason akan menulis lagu lagi dengan menggunakan teknologi komputer Macintosh, di mana Jason dapat menggerakkan mouse komputer dengan gerakan matanya. Mungkin inilah sejarahnya di mana seorang gitaris dapat menulis lagu dengan gerakan matanya. Dapat Anda bayangkan betapa berbakatnya Jason dan betapa tingginya semangat Jason dalam menulis karya musiknya!

      Dari awal karirnya sampai saat ini keluarga Jason bukanlah dari keluarga yang mampu, sehingga sang ayah harus melukis dan menjual karya lukisannya untuk menanggung biaya perawatan Jason. Bagi Anda yang gemar akan permainan Jason, dapat menyumbangkan dana di JasonBecker.com.

      Sejak Jason kecil, ayahnya adalah seorang penggemar Bob Dylan yang sangat mempengaruhi musik Jason. Ayah Jason dan paman Jason juga seorang pemain gitar klasik yang baik, sehingga Jason menguasai permainan klasik Segovia. Jason selalu bermain musik klasik, Jason memiliki buku 24 Caprice Niccolo Paganini dan selalu menggunakannya sebagai latihan.

      Jason menerima acoustic/electric guitar Takamine pertama dari ayahnya pada usia 12 tahun, tampil untuk sekolah dia dan sekolah lainnya. Pada usia 13 tahun, guru sekolah Jason sangat kagum dengan permainan dan bakat Jason, kemudian memintanya untuk mempimpin sebuah Jazz Ensemble.

      Tepat pada usia 14 tahun Jason menghabis semua waktunya untuk berlatih dan meramu komposisi musik dia sendiri. Waktu itu Jason juga sempat belajar teknik arpeggio yang dalam dengan Dave Creamer.

      Pada usia 16 tahun, permainan dan teknik Jason telah mencapai tingkat yang sangat tinggi. Akhirnya Jason mencoba mengirim demo rekaman 45 menitnya ke produser Mike Varney (bos Shrapnel Records. Jason memainkan 2 karya Niccolo Paganini (klasik) dan 2 lagu blues. Sebagian besar dari rekaman tersebut hanyalah improvisasi di chord yang sederhana, tetapi Jason memainkan teknik counterpoint dengan menggunakan volume gitarnya. Menurut Jason teknik ini adalah ide yang konyol, tetapi justru Mike Varney menganggap itu adalah ide yang cemerlang.

Mike Varney
     Tidak lama setelah Mike Varney menemukan Marty Friedman di bar, Jason disuruh menghubungi Marty. Akhirnya Jason datang ke rumah Marty di San Fransisco dan bermain (nge-jam) setiap harinya. Mereka sangat banyak memainkan blues dan selalu memainkan harmoni yang manyatukan musik mereka berdua. Marty & Jason saling belajar satu sama lainnya.

      Pada tahun itu juga Marty Friedman dan Jason Becker membentuk group band pertama mereka: "Cacophony" yang mengegerkan dunia gitaris shredder. Album pertama mereka adalah "Speed Metal Symphony" dan album keduanya adalah "Go Off!". Anda dapat melihat betapa hebat kemampuan mereka memadukan kedua warna musik yang mereka miliki, Marty dan Jason masih dapat saling mengiringi dan menjaga harmoni permainannya dalam kecepatan yang tinggi. Cacophony sendiri banyak membuat konser terutama di negara Jepang, Jason bahkan sempat mendemonstrasikan permainan dalam lagu "Eruption" (Van Halen) yang cukup sulit dengan menggunakan 1 tangan kiri dan tangan lainnya sambil memainkan yoyo!

      Marty dan Jason memang kompak, sebelum album "Go Off!" diluncurkan, mereka juga merelease sepasang album solo: Jason Becker dengan solo album "Perpetual Burn" dan Marty dengan solo album "Dragon's Kiss". Setelah menyelesaikan tour "Go Off!", Marty dan Jason memutuskan untuk solo karir dan mencari band yang mangangkat nama mereka. Ketika "David Lee Roth" (ex-Van Halen) memilih gitaris barunya, Jason memainkan sekian banyak lagu Van Halen dengan gaya dia sendiri seperti Hot For Teacher, Yankee Rose dan Skycraper (rekaman dapat didenger di website resmi JasonBacker.com).

      Akhirnya Marty berhasil terpilih sebagai gitaris group band thrash yang bergengsi: "Megadeth" dan Jason sendiri berhasil terpilih sebagai gitaris "David Lee Roth" (ex-Van Halen) menggantikan posisi gitaris besar: Steve Vai dan Eddie Van Halen. Mulai sejak itu nama Marty dan Jason menjadi besar, berbagai majalah gitar terkemuka di USA seperti Guitar World, Guitar Practising Musician, Guitar Player dan lainnya memuji kemampuan bermain mereka.
Marty Friedman
    Bersama David Lee Roth, Jason mengisi seluruh gitar utama di album "A Little Ain't Enough". Jason semakin menjadi sorotan di dunia gitar dan mulai tour bersama group bandnya David Lee Roth. Pada saat berusia 19 tahun, Jason merekam lagu blues Bob Dylan "Meet Me In The Morning", tiba-tiba Jason merasakan tangan kanannya semakin melemah dan nyaris tidak dapat digerakkan. Akhirnya lagu blues ini dimainkan dengan whammy barnya tanpa menggunakan vibrato bending sama sekali.

      Lemahnya tangan kanan Jason bahkan menyebabkan dia tidak dapat meneruskan tour bersama group bandnya David Lee Roth. Tidak disangkanya setelah dicheck, Jason terkena penyakit lumpuh ALS yang menyebabkan semua urat syaraf Jason berhenti berfungsi. Selama 6 tahun lebih Jason lumpuh sehingga tidak dapat memainkan gitarnya lagi, hanya jari kirinya yang dapat digerakkan. Jason tidak dapat berjalan, makan maupun berbicara.

      Ternyata keajaiban Tuhan hadir, Jason yang sudah hampir lumpuh total tersebut berhasil menulis lagu berkat tangan kirinya yang masih dapat menggerakkan mouse komputer. Itu berarti Jason menulis lagu dengan pikirannya tanpa menyentuh gitar kesayangannya! Tak lama kemudian Jason mengeluarkan album solonya yang kedua berjudul "Perspective". Berhubung Jason sendiri tidak dapat memainkan gitarnya di album "Perspective" ini, maka permainan gitar Jason diganti oleh gitaris country rock yang cukup terkenal bernama "Michael Lee Firkins" dibantu oleh teman-teman lainnya.

      Walaupun pada album ini Jason hanya menulis dengan pikirannya bukan berarti hasil karyanya tidak berkualitas lagi. Anda bisa simak sendiri karya Jason yang sangat rumit di album ini dengan judul "Seranna" dan "End Of The Beginning". Setiap lagunya mencerminkan semangat (innerfire) Jason Becker untuk hidup/sembuh kembali. Dengan tegasnya Jason menuliskan di cover album keduanya "Perspective", bahwa penyakit ALS hanya dapat melumpuhkan organ tubuh dan suaranya tetapi tidak dapat melumpuhkan pikiran dan musiknya.

      Tahun demi tahun telah berlalu, penyakit Jason semakin parah dan kini Jason hanya dapat menggerakkan bola matanya. Jason masih belum putus asa, ayah Jason memutuskan untuk menggunakan teknologi komputer Macintosh yang didesign khusus untuk orang cacat. Dengan menggunakan perangkat Macintosh ini, Jason dapat menggerakkan mouse komputer dengan gerakan matanya! Direncanakan album ketiganya akan ditulis dengan gerakan mata Jason.

Jason Becker di masa kelumpuhannya
     Dapat Anda bayangkan betapa tingginya semangat Jason memperjuangkan musiknya. Banyak sekali gitaris terkenal seperti Eddie Van Halen, Marty Friedman, Paul Gilbert, Vinnie Moore, dll yang salut terhadap perjuangan Jason dan mengunjungi rumahnya. Akhirnya salah fans Jason mengajukan ide kepada Amy Becker (kakak ipar Jason) untuk membuat sebuah album tribute untuk Jason Becker. Ide ini ternyata berjalan dengan baik, keluarga Jason menghubungi perusahaan-perusahaan rekaman yang bersedia men-sponsorin rekaman ini dan gitaris-gitaris yang bersedia membantu project album tribute ini.

      Dalam waktu 3 bulan, perusahaan rekaman "Lion Music" menyetujuinya. Marty Friedman sebagai sahabat dan pasangan Jason dalam group band Cacophony menjadi gitaris pertama yang menyetujui ide album tribute ini.

      Ternyata hasilnya di luar dugaan, artis-artis terkenal berikut ini bersedia membantu rekaman tribute ini secara sukarela: Eddie Van Halen, Marty Friedman, Paul Gilbert (Mr.Big), Vinnie Moore, Kee Marcello (ex-Europe), Joe Lynn Turner (ex-Deep Purple), Neil Zaza, Anders Johansson (ex-Yngwie Malmsteen), Chris Poland (ex-Megadeth), Jeff Watson (ex-Night Ranger), Stephen Ross, James Byrd, Matt Bissonette, Mark Boals, Ron Thal, Joy Basu, Alex Masi, Lars Eric Mattsson, James Kottak, Ron Keel, Ted Poley, Stevie Salas, Jeff Pilson, ,Phantom Blue, dll.

Edward Van Halen dan Jason Becker
     Album tribute ini telah selesai dan akan diluncurkan pada hari ulang tahun Jason tgl 22 July 2001 ini. Album ini dapat diorder di website: ""Lion Music" dan video pembuatan album ini dapat ditonton di http://www.angelfire.com/hi4/overandover/Jason.html

      Semua keuntungan yang diperoleh dari album tribute ini akan disumbangkan kepada keluarga Jason untuk biaya pengobatannya. Jason Becker memang sebuah legenda gitaris dan inspirasi murni untuk semua gitaris! salam \m/.